Friday, February 22, 2013

Balada Nasi Aking

Tadi pagi di minta Ummi untuk beli nasi aking untuk pakan ayam,sepulang antar adek sekolah segera saya meluncur ke pasar untuk membeli nasi aking.Namun di sepanjang perjalanan saya kembali membuka memori berkaitan dengan Nasi aking

Saat ini adalah masa-masa sulit bagi keluarga kami, bahkan di dapur tidak ada beras ataupun bahan-bahan yang bisa kami masak. Kecuali nasi aking. Beberapa hari saya harus sarapan nasi aking dengan taburan parutan kelapa. Dan siangnya saya enggan makan,karena saya tidak suka rasa nasi aking ketika dingin. Lagipula sebagai orang pecinta sayur rasa nasi aking agak nyangkut di tenggorokan.
Hari kedua rasanya sudah enggan memakanya,walaupun capek pulang sekolah dan lapar.

Dan suatu hari sepulang sekolah panas-panas sesampai rumah, ummi meminta sesuatu kepadaku. Ya, beliau memintaku untuk mengikhlaskan anting-anting yang terpasang ditelinga untuk di jual.

"nduk, di dole sek ya, mengko nek ono rejeki tak tukoke maneh" Kata ummi yang membuatku sedih,ya sedih bukan karena akan kehilangan anting-anting karena saya dah terbiasa mengikhlaskan kalung yang dulu ku punya untuk dijual pula.Tetapi sedih karena Ummi sedih dan kondisi kami yang sangat memelas.

Saya pengen nangis saat itu,tapi saya tahan dihadapan Ummi ku harus jadi sosok yang tegar.Aku meminta kelonggaran waktu untuk menjual antingku keesokan harinya.Ya karena aku tak lagi punya duit untuk menuju toko Mas,karena saya lebih sering tidak diberi uang saku daripada dikasihnya.Tapi dulu saya berdoa agar Allah kirim malaikat penolong, dan doaku dikabulkan dengan datang seorang teman yang menawariku agar membonceng dia tiap berangkat sekolah.Jadi aku bisa hemat uang. Tetapi kondisiku saat itu juga tidak ada duit,akhirnya keesok harinya saya meminta tetangga yang sekolah berbeda untuk menjualkan antingku.

Dan hasilnya, kami bisa makan dan melanjutkan kehidupan kami tanpa harus makan nasi Aking lagi.....

0 comments:

Post a Comment

 

Catatan sejarah Jiwa Template by Ipietoon Cute Blog Design