Hari ahad yang menghangat,melihat anak-anak penuh semangat mengikuti lomba menggambar dan mewarnai di area panggung Pameran Buku Murah di Solo. Sebagai salah satu panitia lomba sayapun sesekali berkeliling diantara kerumunan anak-anak yang mengikuti lomba.
Pas melewati barisan agak belakang saya mendapati dua orang anak memegangi dua kertas gambar yang belum diwarnai.Mereka nampak celingukan seperti mencari sesuatu. Sayapun mendekatinya, "hey sayang...kenapa belum diwarnai?"
"belum mbak...saya belum punya alat untuk mewarnai..tadi ibu katanya mau membelikan,tapi sampai sekarang belum datang "
" ohh..baru dibelikan?sabar yaa..ditunggu saja" saya menebak ini anak-anak awalnya tidak niat berangkat ke Pameran buku untuk ikut lomba,tapi berhubung lihat ada lomba maka mereka ikut. Hal itu bisa dilihat dari segi persipan yang harusnya mereka siapkan dari rumah,mereka tidak membawa meja dan alat mewarnai.
"iya..ini ibu lama banget,mbok saya pinjem dulu ada nggak?"sang kakak yang saya ketahui setelahnya baru kelas 3 SD.Saya tersenyum melihat keberaniannya.
"Saya tidak punya sayang,ditunggu saja Ibunya..."
Selang beberapa lama Ibunya datang membawa 1 kotak crayon. Mereka lalu mewarnai dengan tenang,berbagi crayon berdua. Akur...
Sayapun meninggalkan mereka dan sibuk dengan mengawasi peserta yang nampak beberapa yang diajarin pendampingnya. Pas saya sampai di depan mereka lagi,sang Kakak menghampiri saya dan berbisik,"mbak...saya sudah nggak bisa mewarnai lagi,saya sudah lama tidak mewarnai sejak saya menghapal Al Qur'an"
Sayapun jadi tertarik ngobrol dengannya,dari awal ketemu dia kayak diutus untuk kasih hikmah ke saya. "udah berapa juz hapalannya?"
"udah 5 juz,juz 1,2,30,29 dan 28...ini mau juz 3 "
Makjleebbb
"menghafal sejak kapan?"
"sejak kelas 1,kdang 1 lembar kadang 1 muka..."
Dung dung dung
Lha sayaaaa.....kapan bisa yak?moga belum terlambat.
Ahh...anak-anak memang lebih bersih hatinya dan mudah menghapal dibanding orang kayak saya yang banyak dosa...
***memupuk semangat***
***moga berteman dengan ustadz/ah dunia-akhirat,yang bisa membimbing agama dan berinteraksi dengan Qur'an lebih aktif
***doa***
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Menilik beberapa kisah yang saya alami dari cuma dibukain pintu terus pintu ditutup lagi padahal kita belum pamit dan tanpa ditanyain keperluannya, ditolak karena dianggap akan meminta2 atau sales,di jawab tanpa membuka gerbang dll.
Kalian tahu bagaimana rasanya???lumayan agak tersinggung,dan merasa dianggap sebelah mata...bukannkah salah satu adab menerima tamu adalah tidak membeda-bedakan siapa derajat keduniaan si tamu?
Kita malah dianjurkan untuk menghormati dan memuliakannya seperti termaktub dalam hadist dia atas.
Menjawab salam,membukakan pintu,mempersilahkan duduk dengan perkataan yang sopan,menyediakan hidangan bila ada dan mengantar kepergiannya bila dia berpamitan.
Ahhh sudahlah,mungkin orang-orang yang masih membeda-bedakan tamu,atau berlaku tak begitu menyenangkan itu memang belum tahu ilmunya.
Wallahu A'lam
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Menilik beberapa kisah yang saya alami dari cuma dibukain pintu terus pintu ditutup lagi padahal kita belum pamit dan tanpa ditanyain keperluannya, ditolak karena dianggap akan meminta2 atau sales,di jawab tanpa membuka gerbang dll.
Kalian tahu bagaimana rasanya???lumayan agak tersinggung,dan merasa dianggap sebelah mata...bukannkah salah satu adab menerima tamu adalah tidak membeda-bedakan siapa derajat keduniaan si tamu?
Kita malah dianjurkan untuk menghormati dan memuliakannya seperti termaktub dalam hadist dia atas.
Menjawab salam,membukakan pintu,mempersilahkan duduk dengan perkataan yang sopan,menyediakan hidangan bila ada dan mengantar kepergiannya bila dia berpamitan.
Ahhh sudahlah,mungkin orang-orang yang masih membeda-bedakan tamu,atau berlaku tak begitu menyenangkan itu memang belum tahu ilmunya.
Wallahu A'lam