Tuesday, November 25, 2008

Qolbun Mayyit

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.

Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat
merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar
dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang
datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan
hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti
hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH
berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap
ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar
perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam
hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan
sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang
saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH,
jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau
hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran
ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan
dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada
orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian
menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya
sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu
merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena
kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya,
atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka
telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing.
Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil
di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa,
tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu
sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau
meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia
berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu
kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara
terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran
langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari
1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir
separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan
dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku
main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau
sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat
dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan
sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya
'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut"
menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan,
karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH
melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian
laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak
paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah
itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.

Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan
tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar.
Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada
kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai
terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran
tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak
melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam,
sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa
ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia
setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng
mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan
sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan
seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku,
karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat
daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah
barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan
(alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih
aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang
alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah
kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau
serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang
menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau
lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada
modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food,
semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih
pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan
perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah
engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa
sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh
ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur
di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi
ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan
segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli
oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut
mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang
kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain
yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"
Oleh Ust Rahmat Abdullah

9 comments:

  1. ooo..tak kira kenapa..
    yah saling mengingatkan aja ya pak..

    ReplyDelete
  2. ane kirain tadi tulisan antummpas baca dari awal..jazakillahu khairan khatsiran,,atas postinganya..
    Emang Ustadz yg satu ini mengunggah sekali..

    Semoga beliau mendapatkan tempat yg terbaik disisiNya,,Amien

    ReplyDelete
  3. iya pak sepakat...pernah lihat filmnya juga...wah keren deh beliau..Amiin juga mg do'anya juga,mg terkabul..
    yah pengenya sih nulis sendiri tp mgkin beda ruh..tapi tunggu aja mg ana juga bisa bikin tulisan yg menggugah ^__^

    ReplyDelete
  4. subhaanalloh...
    "qolbun mayyit" tak pernah disiram pake lantunan ayat2 Allah yak???
    astaghfirullohal adhiiem...
    Ya Allah tsabbit qolbii 'alaa diinik...
    Allahumma istajib du'aa-anaa,,...
    anien

    ReplyDelete

 

Catatan sejarah Jiwa Template by Ipietoon Cute Blog Design